Saat menulis artikel ini, sempat
terbesit pikiran yang mungkin beberapa orang pernah alami. Pikiran yang datang
ke otak saya itu sekaligus menjadi tanda tanya besar bagi saya. Suatu hari saya
ingin menuju suatu tempat. Kebetulan sekali di salah satu jalan, kendaraan saya
terjebak macet karena lampu merah. Saat itu saya sedang berpikir, mau jadi apa
saya kedepannya? Apa saya bisa menjadi apa yang saya impikan?. Kondisi saya
saat itu masih sekolah menengah atas dan bingung dengan diri saya sendiri yang
saat itu dalam keadaan pasrah dengan nasib saya kedepannya menjelang dunia
perkuliahan. Tak lama saya melihat seorang anak SD yang menghampiri sosok ibu
tua dan mencium tangan ibu tersebut. Kemudian dia mengambil setumpuk koran yang
masih baru dan berkeliling dari kendaraan satu ke kendaraan lain untuk
menawarkan koran yang masih tersisa. Melihat itu hati saya terketuk oleh
kegigihan seorang anak SD yg pantang menyerah dengan kondisi tersebut.
Dari sedikit ungkapan di atas, apakah
anda yang sekarang adalah anda yang impi-impikan waktu kemarin?. Mungkin beberapa
atau mungkin juga banyak orang merasa dirinya yang saat ini tidak sesuai dengan
yang diinginkan. Tapi sadarlah, tidak satu orang pun tau bagaimana masa depannya.
Apakah lebih baik? Apakah lebih buruk?. Tapi saya yakin semua orang sudah
berusaha, namun cukup kah usaha yang diberikan?. Masa lalu, masa sekarang dan
masa depan saling berkaitan. Masa lalu dan masa sekarang adalah masa depan kita
waktu lampau. Masa-masa itu perlu kita jadikan tuntunan untuk menuju masa depan
berikutnya yang lebih baik. Jangan menggunakan masa lalu dan masa sekarang sebagai
alasan untuk pasrah dengan masa depan. Apabila terpuruk oleh masa lalu dan
masih terpuruk masa sekarang, ubahlah dengan usaha, keyakinan, dan doa untuk
masa depan yang lebik baik. Tapi tak jarang masa depan yang diimpikan pupus
karena putus asa.
Keputusasaan yang datang antara lain,”Saya
takut kalau saya sudah berusaha setengah mati nantinya sia-sia.”. Lalu,”Saya
ingin sekali tapi saya merasa tidak mampu.”. Kemudian, “Saya takut saya akan
tumbang ditengah jalan karena suatu hal yang tidak diinginkan.”. Jawaban singkat
dari pertanyaan tersebut antara lain,
1. Takut adalah yang membuat apa yang
dilakukan sia-sia. Lakukan semua hal yang membuat masa depan anda lebih baik
dengan ikhlas dan semaksimal mungkin karena tidak ada hal yang sia-sia di dunia
ini, semua ada hasil dan hikmahnya.
2. Keinginan yang besar dalam hati pasti
sama besarnya dengan kemampuan yang akan dikeluarkan untuk mencapai keinginan
itu. Jadi jangan katakan tidak mampu sebelum mencoba.
3. Untuk mencapai sesuatu yang “lebih
baik”, pasti ada rintangan dan halangan yang datang. Hal-hal itulah yang
menguji seberapa mampu kita mencapai yang “lebih baik” dan seberapa mampu kita
mempertahankan yang “lebih baik”. Apabila bisa melewati hal-hal tersebut,
artinya kita sudah lulus. Apabila kita terhenti karena hal-hal tersebut, bukan berarti
gagal dan tidak lulus. Itu pertanda perlu usaha yang lebih keras untuk yang “lebih
baik”. Seperti kata pepatah,” jatuh 100 kali, bangkitlah 101 kali.”.
4. Perlu kedisiplinan dan prioritas awal
untuk memulai. Apabila hanya bayangan, hilangkan saja. Apabila itu
impian/tujuan/cita-cita, wujudkan. Ambil contoh sosok yang anda kagumi, lalu
lihat usaha dan hasil yang sosok itu dapatkan. Jadikan itu salah satu pacuan apabila
anda mulai bosan mengejar yang “lebih baik”.
Sebagian penghalang adalah diri
sendiri. Pikiran negatif yang terkadang muncul menyebabkan berpikir dua kali
untuk menjajal hal baru dan menantang. Obatnya adalah diri sendiri juga, tanam
pikiran positif yang lebih kuat. Kesempatan
tidak akan datang dua kali dan jangan sampai ada penyesalan. Jika ada 2 jalur untuk mencapai sebuah tujuan,
pilihlah jalur yang berliku-liku. Karena menurut saya, walaupun jalur berliku
itu susah tapi kepuasan yang kita dapat akan 2 kali lipat lebih memuaskan.
Komentar
Posting Komentar